18 Januari 2017

Indonesia Focuses on UAV Development for Border Security

18 Januari 2017

Prototype UAV at Indodefence 2016 exhibition (photo : Lapan)

Makassar, S Sulawesi (ANTARA News) - Minister of Research and Technology Mohammad Nasir said that the government is focused on the development of Unmanned Aerial Vehicles (UAV) (drones) to strengthen the defence and security at the nation's border.

"The Ministry of Research and Technology is focused on its development, while the Ministry of Defence will be in charge of its application," Minister M. Nasir said here on Monday.

The Ministry of Research and Technology is working, together with Bandung Institute of Technology, National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN), and Technology Assessment and Application Agency (BPPT), in developing the technology and innovations used in the UAV.

Meanwhile, PT Pindad and PT Dirgantara Indonesia will be in charge of the production of the UAV.

The innovations and advanced technology of the UAV are expected to significantly improve security at the border area and along Indonesias outer islands, as well as to maintain the nation's sovereignty, the minister said.

(Antara)

6 komentar:

  1. Katanya PT.Dirgantara Indonesia (PTDI) sedang mengembangkan drone atau Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) jarak menengah atau Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang dirancang mampu terbang non stop 24 jam dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 kaki (sekitar 7000 meter) dan mampu membawa roket untuk penindakan langsung sesuai permintaan TNI maanaa yaa...?? Kok gak ada kabar beritanya.

    😒

    BalasHapus
  2. tar yg itu mah lagi konsentrasi ngurusin pengiriman pesenan yg telat haha!
    lagian ktnya mao beli global hawk dulu, kaliaja opa trump se 7 om tot om telolet haha!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sediih om di PHP in teruuss... 😢

      Hapus
    2. jgn sedih om lutfi, kita masih py satria pringadani, pak de gatotkaca bisa terbang, py kulit atos, bermata tajam(aesa lewat) dan bekumis pula haha! pokonya supermen amrik kala dach

      Hapus
  3. pindad bisa kedodoran...alias ga fokus klo dipaksa ngurusin UAV segala, kecuali itu barang mo dipasangin senjata

    BalasHapus
  4. @Om lutfi&bang PG

    Program HALE(setara global hawk) tampaknya batal/ditunda karena sudah digantikan oleh proyek Micro-satlit(MS) yang "on-progress".

    Yang ini (MS) dikembangkan oleh Prof.Josaphat di lab-nya dichiba, jepang sono. Satlitnya Prof membawa radar SAR yang multi fungsi dari pengawasan lautan/illegal fishing, relai AIS, melakukan pemetaan permukaan bumi(utk berbagai kebutuhan spt tata kota, memantau laaju pengendapan dipelabuhan/muara sungai dll),bahkan MS tipe SAR ini tidak terpengaruh cuaca krn Frekuensi bisa menembus lapisan awan...bahkan memiliki kemampuan mengindra tembus lapisan permukaan atas bumi, shg bisa mendeteksi kandungan mineral yang terpapar pd permukaan atas lapisan bumi.

    MS ini yang lintasannya pada jalur ekuator, shg bisa mengedari ruang udara RI selama 3~4 kali sehari (kalo satelitnya lebih dari 2, lag timenya bisa diperkecil), ongkos operasi dan harganya lebih kompetitif dibanding HALE UAV, ketinggian lintasannya lebih tinggi dari lintasan pesawat komersial shg tidak perlu pengaturan khusus...dan karena ketinggiannya ini maka pencitraanya lebih detil/akurat dibanding platform yang terbangnya lebih rendah.

    Estimasi 2018 MS-SAR ini sudah bisa diluncurkan

    BalasHapus